lihat label kepribadian

Label

Minggu, 13 Maret 2011

3 Tugas Gereja

Berdasarkan Amanat Agung TUHAN Yesus Kristus tersebut, secara tegas dan jelas, Yesus Kristus memberikan tugas dan perintah kepadamu [menunjuk pada Gereja-gereja, serta mereka yang percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat], untuk melaksanakan tanggungjawab agar semua bangsa menjadi murid-Nya. Proses untuk menjadikan semua bangsa sabagai murid tersebutlah yang menghantar Gereja-gereja misi dan pemberitaan yang berisi hal-hal berikut:



Koinonia

Koinonia berarti persekutuan; ada dan terciptanya persekutuan; memperat persaudaraan; semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan. Jadi, dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan; sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta; gereja harus menyampaikan model persekutuan yang dimilikinya itu kepada semua umat manusia.

Gereja terbentuk karena adanya persekutuan orang-orang yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Kisah 2:42; ... selalu berkumpul ... dalam persekutuan yang erat,” Kisah 5:12; sehingga terbentuknya persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9, “... semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus,” 1 Kor 15:22. Menurut rasul-rasul, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus,” 1 Yoh 1:3;

Karena sebagai tugas Gereja dan gereja, koinonia seperti itulah yang harus diberitakan serta dipraktekkan. Artinya, koinonia bukan hanya dibentuk di dalam lingkungan gereja, melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup dan kehidupan sehari-hari. Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga mendapat persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah menyucikannya dari segala dosa, 1 Yoh 1:7. Dengan itu, setiap anggota Tubuh Kristus, harus memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan jenis kelamin, dan semua latar belakang lainnya. Semuanya merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus.



Marturia

Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah dilihat dan didengar; menceritakan realitas yang sebenarnya; mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang dialami sebelumnya.

Gereja-gereja harus melaksanakan marturia karena “Injil Kerajaan Allah ... menjadi kesaksian untuk semua bangsa,” Mat 24:14; Kisah 20:24. Dan jika marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka TUHAN Allah meneguhkan kesaksian Gereja-gereja dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, Ibr 2:4. Oleh sebab itu, rasul-rasul pada masa Gereja Mula-mula memberitakan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba ... tentang Firman hidup, ...,” 1 Yoh 1:1-3; Isi utama dalam pemberitaan para Rasul adalah “... Yesus adalah Mesias,” Kisah 4:33; 18:5. Pemberitaan rasul-rasul tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan Gereja sampai ke penjuru dunia.

Pada konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu Yesus adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan nyanyian, tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak terbatas dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada, ia harus bermarturia.



Diakonia

Diakonia artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakonia mendapat pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur, serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan dan kehendak tuannya.

Pengembangan makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula, menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 1 Pet 4:11

Pada konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.

Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia, warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan tanggapan kamu tentang artikel ini