2.Apakah Anda cukup umur? Maksudnya, apakah Anda cukup matang untuk menikah, baik fisik maupun mental? Apa saja yang pernah terjadi dalam hidup Anda, yang mungkin akan berpengaruh pada kehidupan perkimpoian itu nanti? Apakah jatuh bangun hidup Anda akan bisa membantu Anda berpikir luas? Pernahkah Anda mengatasi problem, terutama dengan kerjasama bersama orang lain?
3.Masa kanak-kanak Anda bahagia? Bagaimana perasaan Anda ketika kecil - sempat mengembangkan self-esteem? Bila tidak, apakah Anda memperolehnya setelah dewasa? Perkimpoian orang tua Anda bahagia? Apa saja yang Anda pelajari dari perkimpoian orang tua Anda? Buatlah daftar positif dan negatifnya.
4.Anda punya cukup uang? Pertanyaan ini sangat relevan. Pertimbangkan apakah Anda punya cukup uang untuk membentuk suatu perkimpoian, atau paling tidak untuk memulainya.
5.Apa latar belakang pendidikan Anda? Orang dengan tingkat pendidikan sarjana umumnya memiliki angka rata-rata perceraian lebih rendah ketimbang mereka yang berpendidikan rendah. Meskipun, angka perceraian tertinggi ditemukan juga pada mereka yang extremely well-educated dan poorly educated.
6Apakah Anda punya rasa bersaing yang tinggi? Ini dihubungkan dengan penyelesaian masalah yang memerlukan kerja sama. Bila Anda suka sekali bersaing, bisa saja Anda akan menjadikan perkimpoian Anda sebagai arena kompetisi berikutnya.
7.Berapa lama Anda mengenal calon pengantin Anda Ini bukan hanya sekadar waktunya, tapi apa yang pernah dialami bersama. Berapa lama Anda berpacaran dan apa saja yang terjadi dalam hubungan itu? Berapa banyak perbedaan lingkungan Anda dengannya, entah itu keluarga, sekolah, atau pekerjaan?
8.Seperti apa Anda sesungguhnya? Ini penting untuk mengenal diri Anda yang asli. Ini untuk mengenali potensi konflik, misalnya, perbedaan agama atau karakter. Anda harus bisa memperkirakan apa yang yang akan diakibatkan oleh perbedaan latar belakang, tujuan, aspirasi, nilai-nilai, dan kepercayaan.
9.Apakah Anda hidup bersama sebelum menikah? Menurut hasil penelitian, mereka yang hidup bersama lebih kecil komitmennya terhadap institusi perkimpoian, terhadap perencanaan jangka panjang, bahkan juga terhadap masing-masing.
10.Apakah ada yang pernah bercerai sebelumnya? Mereka yang pernah bercerai percaya bahwa mereka tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Nyatanya, kesalahan itu banyak terjadi juga. Fakta membuktikan bahwa, kegagalan perkimpoian kedua lebih tinggi ketimbang yang pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukkan tanggapan kamu tentang artikel ini