lihat label kepribadian

Label

Senin, 08 Februari 2010

Kami Sayang Anak Kami




Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar
-meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak
tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Bersendirian
di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain
diluar,tetapi pintu pagar tetap dikunci.Bermainlah dia sama ada
berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya,ataupun memetik bunga raya,
bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat dari marmer,coretan tidak
kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya... kerana mobil itu
bewarna gelap, coretannya tampak jelas.Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat
coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke
tempat kerja kerana macet ada perayaan Thaipusam.

Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri
mobil.Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya si pembantu rumah. Pulang
petang itu, terkejut pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli
dengan bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun
terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?" Pembantu rumah yang tersentak dengan
jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam
ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan
pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu... !" "kamu
dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya.Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh.. cantik
kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah
yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga
raya didepannya, terus dipukulkannya berkali2 kw telapak tangan anaknya.

Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus
ketakutan.Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan
anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas
dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs
berbuat apa?. Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan Setelah
si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak
kecil itu, membawanya ke kamar.

Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah.Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air. Si
pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja
membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.



Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah
mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari
kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di
kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya.

Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Ita demam..." jawab
pembantunya ringkas."Kasih minum panadol ," jawab si ibu. Sebelum si ibu
masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita
dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.Masuk
hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita
terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap"kata
majikannya itu.

Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Doktor mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah
seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada
pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong
kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah."Ia sudah bernanah, demi
menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku kebawah"
kata doktor.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu.

Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung
merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si
bapak terketar-ketar madandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak
menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa
putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya.Kemudian ke wajah pembantu rumah.
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.Dalam siksaan menahan
sakit, si anak bersuara dalamlinangan air mata.

"Abah.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul.Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal
menahan rasa sedihnya."Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah
pembantu rumah,sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung
histeris.

"Abah.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil.. Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang.Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya.

Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia
dapat menahannya.

"jika tidak dapat apa yang kita suka...belajarlah utk menyukai apa yang
kita dapat.."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan tanggapan kamu tentang artikel ini